Search This Blog

Wednesday, 16 June 2010

Lidah Islam, prilaku Yahudi - Mimbar Jumat


FACHRURROZY PULUNGAN

Para ahli sejarah Islam menulis, bahwa ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, orang-orang kafir yang tinggal bersama beliau di kota itu ada tiga kelompok, yaitu Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, dan Bani Quraidhzah.

Kelompok pertama, diajak Nabi SAW mengadakan perjanjian damai dengan pesan untuk tidak memerangi beliau dan pengikutnya dan jangan membantu seorang pun yang memusuhi Nabi, serta jangan berkawan dengan musuh untuk menyerang beliau. Bagi mereka melakukan perjanjian itu walau mereka tetap dalam kekafirannya dijamin aman atas darah dan harta mereka.

Kelompok kedua adalah orang-orang kafir yang memusuhi dan memerangi Nabi SAW. Kelompok ketiga, adalah orang-orang kafir yang tidak ikut dalam perjanjian damai dengan beliau, tapi juga tidak memerangi beliau. Sikap mereka menunggu, apakah Nabi yang menang atau musuh yang menang.

Dari kelompok ketiga ini, ada di antara mereka yang dalam hatinya ingin menolong dan membantu Nabi Muhammad SAW. Sementara ada yang lain dari kelompok ketiga ini yang bergaul secara lahiriah atau berinteraksi (mu’amalah), akan tetapi batinnya tetap membela kaum yang memusuhi Nabi. Prilaku ini mereka tunjukkan agar mendapat keamanan dari kedua belah pihak--tidak diperangi Nabi, tidak juga dimusuhi oleh kelompoknya, dalam kata lainnya, ‘mencari aman’. Dan golongan inilah yang disebut al Qur’an dan Hadis sebagai ‘kaum munafik’.

Diantara ketiga golongan di atas, Bani Quraidhzah lah yang paling getol dari orang-orang Yahudi yang memusuhi dan memerangi Nabi. Disamping itu, di dalam berbagai riwayat dinyatakan bahwa orang-orang Nashrani dari bangsa Arab maupun bangsa Romawi juga sangat memusuhi Nabi SAW seperti halnya orang-orang Yahudi.

Pilkada untuk Walikota Medan dan wakilnya putaran pertama telah usai, dan pemenangnya hanya dua pasangan, yaitu Rahudman-Eldin dengan No 6, serta S.Tan-Nelly No 10. Dan pertarungan pemilihan dilanjutkan pada putaran kedua yang insya Allah dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 Juni 2010 nanti.

Pada putaran ke dua ini pertarungan semakin seru karena terjadi perang urat syaraf (psywar) antara ke dua kubu, yang mengklaim bahwa umat Islam berada di belakang mereka. Umat Islam yang menjadi mayoritas penduduk kota ketiga terbesar di Indonesia ini kembali menjadi rebutan, karena dukungan umat Islam pada putaran pertama tidak begitu terasa, akibat terpecahnya suara umat, sehingga sulit terkosentrasi kepada satu pasangan.

Dan saat ini diharapkan suara umat itu akan menyatu kepada satu pasangan saja. Akan tetapi, kubu Rahudman-Eldin jangan cepat merasa puas, karena banyaknya dukungan mengalir, sebab hal itu akan mejadi ghurur, yaitu kehebatan semu yang menipu, dan jangan cepat percaya diri (over convidence), yang berakibat fatal dan menyesakkan dada. Karena sekarang ini, kubu lawan juga sedang melaksanakan kampanye dengan mengangkat isssu-issu pluritas dan plurisme. Dan hal ini kelihatannya sedikit berpengaruh kepada umat Islam yang belum memahami Islam sebagai suatu agama yang utuh, tidak parsialis yang memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat.

Masih banyak umat Islam kita yang lidahnya Muslim tapi prilakunya Yahudi. Mereka memperlakukan agama sebagai barang dagangan yang bisa diperoleh dan ditinggalkan sesuai dengan selera dan kesenangan sesaat, disamping disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, juga didorong oleh faktor internal, yaitu consumer mentality (mental kunsumen). Consumer mentality ini berasal dari pemujaan yang berlebih-lebihan terhadap diri manusia yang autonomous, yang lebih dikenal sebagai, liberty (kebebasan), egoisme (keakuan yang tinggi), dan narsisme (kecintaan terhadap diri sendiri).

Liberty atau kebebasan yang dipahami dalam tema ‘laisez faire’, yaitu sebagai hilangnya pembatasan atau campur tangan agama dalam kehidupan. Ditambah lagi dengan pengaruh dari ajaran Sigmund Freud, seorang psikolog bangsa German yang menolak adanya pembatasan yang tidak sah terhadap kebebasan diri, tetapi juga kebebasan-kebesan internal dari aturan-aturan moral yang bersifat mengekang, seperti adat, dan agama.

Ajaran ini kemudian mulai disebarkan oleh sebagian kecil umat Islam yang pemahaman agamanya juga sangat diragukan dapat membaca kitab kuning, yang kerjanya cuma mencari keuntungan (materi) dari pemilihan Walikota tahap kedua ini. Dan dampak yang ditimbulkannya sungguh sangat luar biasa. Kaum intelektual muda Islam sebagai pemilih pemula yang belum paham terhadap ajaran agama Islam, dapat termakan dan terpancing, sehingga kemudian mereka pun kemudian turut menyuarakan, bahwa tidak ada kaitan antara agama dan pemilihan seorang pemimpin.

Mereka melakukan kampanye ini dengan cara bisik-bisik, dari orang perorang seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi sebagaimana ayat pembuka di atas. Mereka melakukan konspirasi dengan orang-orang kafir untuk memusuhi Islam, memusuhi Nabi Muhammad SAW, menuduh dan menuding bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang kuno, tidak cocok bagi kehidupan moderen.

Seorang muslim tentunya harus mengerti, bahwa Islam memiliki peraturan dan tatanan yang komplit yang mengatur kehidupan dan hidup sebagai manusia, yaitu al Qur’an dan Hadis. Dari cara mengenakan alas kaki sampai memilih seorang pemimpin, dari memilih pembantu rumah tangga yang baik sampai kepada peraturan menjadi konglomerat. Lantaran itu, jika seorang muslim yakin akan kebenaran Islam, maka tidak sepantasnya ia mencari pedoman hidup selain kedua pedoman di atas.

Orang Islam yang melanggar aturan-aturan Islam yang sudah baku, kemudian meniru seperti perbuatan Yahudi dan Nashrani (Kristen), karena tidak lekat hati kepada kitabnya, kemudian mencoba sebisa-bisanya menyesuaikan isi kandungan ayat-ayat al Qur’an dan Hadis Nabi disesuaikan selera. Atau bahkan menghakimi bahwa sebagian ayat-ayat al Qur’an tidak relevan lagi dengan situasi dan kondisi sosial sekitar. Perlu dirubah sedemikian rupa, sehingga al Qur’an akan sesuai dengan arus zaman dan modernisasi, pada dasarnya mereka adalah kaum munafik.

Sejatinya, seorang muslim mesti menyadari kekurangan dan kelemahan dirinya. Kelemahan alam syahadah, keterbatasan kedudukan dan kekuasaan yang berada dalam genggaman tangannya. Untuk itulah setiap individu muslim mesti mengenal Allah sedekat mungkin (irfan billah). Ia mesti berusaha memahami al Qur’an sedalam mungkin, mengerti sepenuhnya bahwa kalamullah (ucapan Allah) berbeda dengan omongan dan ucapan manusia (al mukhalafatu lilhawaditsi dan qiyamu binafsihi).

Orang-orang Yahudi yang bengis dan terkutuk itu (tidak semuanya), memang patut mendapat ganjaran dan siksa Allah. Kejahatan mereka dalam merusak tatanan hukum Taurat sedemikian kejinya. Karena itu kehidupan mereka tidak pernah lestari dan damai. Perbuatan maksiat, para rahibnya (ulama) bangkit serentak mencegahnya, namun mereka tak juga berhenti, bahkan para rahib-rahib itu mereka gaet/tarik kepasar, duduk bersama-sama mereka untuk ikut memakan yang haram dan menikmati minuman yang memabukkan. Dan yang menjadi kebiasaan orang Yahudi adalah, jika mereka mendapati kawannya melakukan pelanggaran hukum, mereka melarangnya, tetapi manakala keesokan harinya pelanggar hukum itu melakukan hal yang sama, mereka tidak lagi mencegahnya, karena takut tidak dapat bergaul bersama mereka (HR. Ibu Abi Hatim dari Abdullah bin Mas’ud ra).

Adalah umat Islam, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis Bukhari Muslim dari Abu Sa’id al Khudri dan Atha’ bin Yasar, bahwa kaum muslimin meniru-niru perbuatan orang-orang Yahudi, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Bahkan dalam riwayat al Hakim, Nabi menggambarkan kaum muslimin juga akan meniru perbuatan Yahudi, seandainya mereka berani menzinahi perempuan ditengah jalan.

Potret yang digambarkan Rasulullah Muhammad SAW dari kedua hadis di atas, dewasa ini juga dilakukan oleh sebagian umat Islam. Oleh karena itu sadarlah wahai saudaraku orang-orang yang beriman, jangan percaya kepada mulut manis yang berbisa, yang perkataannya tentang perubahan, tentang ekonomi rakyat, tentang kebersamaan, tentang pendidikan gratis, tentang kesehatan gratis, yang membuat kamu ta’jub, yang ia rela digantung bila ia korupsi. Semua nya itu palsu belaka. Di negara kita ini tidak ada pelaksanaan hukum gantung bagi pelaku pidana.

Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang dunia ini membuat kamu ta’jub (terkesan) dan dia pun bersumpah atas nama Allah, padahal dialah penentang yang paling keras”. Wallahu a’lam.

Penulis adalah Penasehat Forum Komunikasi (FOKUS) BKM, STM dan Pengajian/Perwiritan Kaum Ibu Kota Medan.
(dat01)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...