Aku tau besok kami berpisah
kawan-kawan sedang lena ketika kemah mulai basah
malam penghabisan, esok kita ke mana
arus membawa hidup dalam api yang tetap menyala
Di sini, o tanah Utusan, kami telah berdiri
hari ini bangunanmu tegak sendiri
dari jejak kaki yang tak mati-mati
di bawah gema ikrar keramat menyepuh diri,
Malam ini tidur dan mimpi penghabisan
balak-balak melintang para teman berbaringan
embun dan hujan sudah bersatu dengan kami
seperti terik matari tidak lagi membakar diri.
Keliling sepi. Kemah yang suram menanti
Pengawal keliling kami. Kereta hitam terdiri
II
Kawan,
aku merenung daerah selatan
langit tenang dengan bintang dan awan
ah, semalam lagu dondang sayang
dan kita bersapa jua di ujung malam
Pengawal dengan senapang dan pistolnya
para buruh menanti dengan dada terbuka.
Kita telah mengenal hati dan wajah
siapa menduga begitu cepat teman menyerah
sebelum liur kering di lidah
hati kuman sama di cecah
hati gajah sama dilapah?
III
malam ini tidur dan mimpi penghabisan
pada matari esok kita bersalaman
o, tanah Utusan dan kawan-kawan di seberang
seratus tahun kisah ini dalam kenangan
Malam penghabisan di bawah kemah usang
bisikkan selamat tinggal, bisikan perlahan
kawan Tionghua dan India yang selalu menyaksikan
buruh Utusan yang sedang bangun berjuang
Tidur dan mimpi penghabisan
esok hidup baru kita mulakan.
(Usman Awang - Sg. Besi 18 Oct 1961)
kawan-kawan sedang lena ketika kemah mulai basah
malam penghabisan, esok kita ke mana
arus membawa hidup dalam api yang tetap menyala
Di sini, o tanah Utusan, kami telah berdiri
hari ini bangunanmu tegak sendiri
dari jejak kaki yang tak mati-mati
di bawah gema ikrar keramat menyepuh diri,
Malam ini tidur dan mimpi penghabisan
balak-balak melintang para teman berbaringan
embun dan hujan sudah bersatu dengan kami
seperti terik matari tidak lagi membakar diri.
Keliling sepi. Kemah yang suram menanti
Pengawal keliling kami. Kereta hitam terdiri
II
Kawan,
aku merenung daerah selatan
langit tenang dengan bintang dan awan
ah, semalam lagu dondang sayang
dan kita bersapa jua di ujung malam
Pengawal dengan senapang dan pistolnya
para buruh menanti dengan dada terbuka.
Kita telah mengenal hati dan wajah
siapa menduga begitu cepat teman menyerah
sebelum liur kering di lidah
hati kuman sama di cecah
hati gajah sama dilapah?
III
malam ini tidur dan mimpi penghabisan
pada matari esok kita bersalaman
o, tanah Utusan dan kawan-kawan di seberang
seratus tahun kisah ini dalam kenangan
Malam penghabisan di bawah kemah usang
bisikkan selamat tinggal, bisikan perlahan
kawan Tionghua dan India yang selalu menyaksikan
buruh Utusan yang sedang bangun berjuang
Tidur dan mimpi penghabisan
esok hidup baru kita mulakan.
(Usman Awang - Sg. Besi 18 Oct 1961)
No comments:
Post a Comment